Dunia sepak bola tidak lepas dari peraturan ketat yang membuatnya terus langgeng dan menjadi olahraga yang sangat populer hingga saat ini. Salah satu peraturan yang diterapkan adalah financial fair play.
Tahukah kamu mengapa aturan ini diterapkan? Simak penjelasannya berikut ini!

Apa itu Financial Fair Play?
Financial fair play pertama kali diperkenalkan oleh UEFA pada tahun 2009. Meskipun demikian, aturan ini baru mulai dijalankan sejak musim sepak bola 2011-2012. Tujuan aturan financial fair play ini adalah untuk meningkatkan kesehatan klub sepak bola Eropa secara keseluruhan.
Tujuan dari aturan sepak bola ini adalah untuk mencegah klub mengeluarkan uang lebih dari yang mereka hasilkan. Selain itu, aturan ini juga bertujuan untuk mencegah klub mengalami kesulitan finansial yang dapat memengaruhi kemampuan mereka bertahan dalam jangka panjang.
Alasan Dibuatnya Aturan Financial Fair Play
Pada dasarnya, financial fair play adalah perangkat peraturan untuk mencegah klub membelanjakan uang lebih dari anggaran dana yang sudah ditentukan. Pasalnya, hal ini dapat membuat mereka terlilit hutang hingga mengalami kebangkrutan.
Pada tahun 2009, UEFA melakukan suatu kajian dan menyimpulkan bahwa lebih dari setengah dari 665 klub di Eropa kehilangan uang selama beberapa tahun terakhir. Bahkan, 20 persen diantaranya mengalami bahaya finansial serius.
Masalah ini terjadi karena klub-klub tersebut membelanjakan lebih dari yang mereka hasilkan di tahun-tahun sebelumnya dan belum melunasi utang mereka. Aturan ini dibuat bukan untuk merugikan klub; sebaliknya, UEFA berharap peraturan ini dapat membantu mereka bertahan di pasaran.
Cara Kerja Financial Fair Play
UEFA mengizinkan klub sepak bola membelanjakan tidak lebih dari 5 juta Euro atas apa yang mereka peroleh dalam setiap periode penilaian 3 tahun. Namun, sekarang ada batasan baru, yaitu sebesar 30 juta Euro dari yang sebelumnya 45 juta Euro jika pemilik klub atau pihak terkait dapat menutupi kerugian tersebut.
Secara rinci, berikut ini aturan financial fair play yang diterapkan oleh UEFA.
1. Perhitungan Financial Fair Play
Untuk mematuhi peraturan tersebut, Badan Pengendalu Keuangan Klub atau CFCB menyatakan bahwa yang dimasukkan dalam aturan ini hanyalah pengeluaran klub dalam hal transfer, tunjangan karyawan (termasuk upah), amortisasi transfer, biaya keuangan, dan dividen.
Aturan ini tidak akan mencakup pendapatan dari penerimaan tiket, pendapatan TV, iklan, merchandise, atau uang yang dikeluarkan untruk infrastruktur, fasilitas pelatihan, atau pengembangan pemain muda.
2. Hukuman untuk Pelanggaran Financial Fair Play
Klub sepak bola yang diketahui melanggan aturan financial fair play ini akan mendapatkan hukuman terpisah. Berdasarkan sifat pelanggarannya, berikut ini delapan jenis hukuman yang dapat diberikan oleh UEFA:
- Teguran
- Denda
- Pengurangan poin
- Pemotongan pendapatan dari kompetisi UEFA
- Larangan untuk mendaftarkan pemain baru untuk kompetisi UEFA
- Pembatasan jumlah pemain yang dapat didaftarkan oleh klub untuk kompetisi UEFA
- Diskualifiasi dari kompetisi yang sedang berlangsung
- Dilarang mengikuti kompetisi selanjutnya
Tidak hanya itu saja, Liga Premier juga dapat mengenakan hukuman sendiri atas pelanggaran FFP. Berikut ini beberapa hukuman yang dapat dikenakan:
- Kompensasi
- Membatalkan atau menolak pendaftaran pemain
- Hukuman bersyarat
- Urutan pertandingan yang diputar ulang
- Pengurangan poin
- Klub akan ditangguhkan dari liga
- Klub akan dikeluarkan dari liga
- Klub harus membayar denda
- Dan hukuman lainnya yang dianggap sesuai.
Kritik Seputar Financial Fair Play
Kelemahan pertama dan yang paling menonjol adalah terciptanya bias antara klub dan tim terkaya yang berusaha untuk mengamankan posisinya di liga sepak bola Eropa. Selain itu, masalah sponsor bukanlah area yang bisa dengan mudah dicampuri oleh aturan financial fair play.
Setiap pendapatan sponsor yang diterima oleh klub akan diselidiki dan diberikan catatan yang jelas. Barulah pandapatan ini dikecualikan dari aturan financial fair play.
Pada awal tahun 2023, Presiden UEGA Aleksander Ceferin menyebutkan adanya rencana penghapusan aturan ini dan menggantinya dengan batas gaji dan pajak barang mewah. Klub di kompetisi Eropa akan diizinkan untuk membelanjakan 70 persen pendapatan mereka untuk gaji.
Klub yang melanggar aturan baru ini diharuskan membayar pajak barang mewah. Jumlah pengeluaran berlebih tersebut akan ditampung dalam satu wadah untuk dibagikan di antara klub lainnya.
Sejak peraturan ini diterapkan, beberapa klub besar telah mendapatkan hukuman karena melanggar aturan financial fair play. Beberapa di antaranya termasuk Inter Milan, AS Roma, AC Milan, Malaga CF, AS Monaco, dan kini yang tengah ramai diperbincangkan adalah Manchester City.
Investigasi yang dilakukan selama 4 tahun oleh Liga Premier menemukan bahwa Manchester City ternyata menyalahi aturan tersebut selama musim 2009-2010 dan 2017-2018. Investigasi ini dilakukan setelah UEFA menjatuhkan hukuman pada klub ini pada Maret 2019.
Dengan rencana akan dihapuskannya aturan financial fair play, apakah Man City akan bebas dari hukuman?