Dalam dunia sepak bola, ada banyak sekali aturan yang harus dipahami oleh semua pihak, termasuk penggemar bola. Salah satunya adalah aturan selisih gol kandang-tandang. Anda pernah mendengar aturan ini? Bila Anda termasuk penggemar pemula sepak bola, istilah kandang-tandang pasti masih asing di telinga. Untuk itu, simak terus artikel berikut untuk mengetahui apa itu gol kandang-tandang dan seluk-beluknya.

Apa Itu Gol Kandang-Tandang?
Aturan selisih gol kandang-tandang merupakan satu dari tiga metode yang disetujui FIFA untuk menentukan pemenang dalam suatu laga. Aturan ini diterapkan untuk menentukan pemenang bila hasil kedua kesebelasan berakhir seri dari dua laga di kandang sendiri (kandang) dan kandang lawan (tandang).
Dengan adanya aturan gol kandang-tandang, tim yang berhasil mencetak lebih banyak gol tandang (di kandang lawan) keluar menjadi pemenang apabila hasil dari dua pertandingan imbang.
Aturan sepakbola yang satu ini memang agak sulit untuk dipahami dan bahkan selalu diwarnai dengan kontroversi. Tak sedikit pula penggemar bola yang menganggap aturan gol tandang sama saja dengan mengalikan skor pertandingan. Padahal, tidak seperti itu konsepnya.
Sebagai contoh adalah laga Real Madrid melawan Manchester United. Pertandingan pertama berakhir dengan hasil seri 0-0 di Old Trafford (kandang Manchester United). Sementara itu, pertandingan kedua di Santiago Bernabeu (kandang Real Madrid) menghasilkan skor 2-2. Bila skor dikalikan dua, hasil akhir menjadi 4-2 dan Real Madrid keluar sebagai pemenang. Namun, perlu diingat bahwa cara penghitungan ini salah.
Pada umumnya, aturan gol kandang-tandang diterapkan dalam laga dengan dua leg. Hasil akhirnya ditentukan dengan menjumlah total gol (agregat) yang dibuat kedua kesebelasan pada dua pertandingan tersebut. Namun, ada juga kompetisi yang menggunakan aturan selisih gol sepakbola alih-alih dijumlahkan. Pada dasarnya, penerapan aturan ini memang tergantung pada operator dari setiap kompetisi.
Sejarah Penerapan Gol Kandang-Tandang
Lantas, kapan aturan gol kandang-tandang mulai berlaku? Aturan ini dikeluarkan untuk pertama kalinya oleh asosiasi sepak bola Eropa (EUFA) pada musim 1965/1966. Para petinggi UEFA memutuskan untuk memperkenalkan aturan gol kandang-tandang pada Piala Wieners.
Sejak kemunculannya, aturan kandang-tandang hampir tak pernah sepi dari yang namanya kontroversi. Bahkan, mulai dari para profesional hingga penggemar bola pun tak pernah tidak memberikan kritik pada kompetisi-kompetisi yang menerapkan aturan tersebut.
Pasalnya, operator kompetisi yang menerapkan gol kandang-tandang tidak menggunakan babak extra time maupun adu penalti saat laga berakhir seri. Untuk mengetahui kesebelasan yang menjadi pemenang, tim tersebut harus bisa mencetak gol saat menjalani pertandingan di kandang lawan (tandang).
Mengapa banyak operator kompetisi mengadopsi aturan tersebut? Sebenarnya alasannya cukup sederhana, yakni tim lebih mudah mencetak gol di kandang sendiri dibanding mencetak gol di kandang lawan (tandang).
Tak heran bila aturan sepak bola ini mendapatkan banyak kritikan. Pasalnya, aturan ini mengindikasikan bahwa kedua tim akan dirugikan karena tekanan psikologis saat bermain di kandang lawan.
Singkatnya begini, saat tim menjadi tuan rumah atau bermain di kandang sendiri, mereka bisa bermain dengan lebih optimal. Umumnya, tim akan bermain dengan lebih banyak menyerang alih-alih bertahan. Berbeda ketika bertandang ke kandang lawan, tim akan cenderung memainkan bola dengan lebih defensif guna mempertahankan kemenangan.
Contoh Aturan Gol Kandang-Tandang
Bagaimana, apakah Anda masih bingung terkait dengan aturan selisih gol kandang-tandang? Coba simak beberapa contoh berikut ini!
Contoh pertama, pertandingan tim X dan Y pada leg pertama menghasilkan skor 1-0. Lalu, pada leg kedua menghasilkan skor 0-1. Jika dijumlah, hasil akhirnya adalah 1-1. Dalam kasus ini, aturan gol kandang-tandang tak bisa diberlakukan mengingat kedua tim sama-sama tidak mencetak gol saat bermain di kandang lawan.
Contoh kedua, pertandingan tim X dan Y pada leg pertama menghasilkan skor 1-0. Lalu, pada leg kedua menghasilkan skor 1-2. Jika ditotal, maka hasil akhirnya adalah 2-2. Namun, tim X berhasil mencetak satu gol di kandang lawan sedangkan tim Y tidak. Dengan kata lain, tim X lah yang keluar sebagai pemenang meskipun total skornya imbang.
Contoh ketiga, pertandingan tim X dan Y pada leg pertama menghasilkan skor 1-0. Lalu, pada leg kedua menghasilkan skor 0-1. Contoh yang satu ini mirip seperti contoh pertama. Namun dalam contoh ketiga ini diberlakukan babak extra time dan hasil akhirnya menjadi 1-2 dan kemenangan jatuh ke tangan tim Y.
Satu lagi contohnya, yakni pada laga perempat final Liga Champions musim 2020/2021 di mana PSG bertemu Bayern Munchen. Pada pertandingan pertama, PSG unggul dari Bayern dengan skor 3-2 dan PSG memiliki 3 gol di kandang lawan.
Lalu pada leg kedua, pertandingan berakhir dengan skor 0-1, masing-masing untuk PSG dan Bayern Munchen. Meski total agregat imbang, yakni 3-3, PSG lah yang keluar menjadi pemenang. Sebab, Bayern Munchen hanya berhasil mencetak satu gol tandang.
Melihat dari contoh-contoh tersebut, wajar sekali bila penerapan aturan selisih gol kandang-tandang penuh kontroversi. Meski demikian, aturan ini tetap membawa dampak yang cukup signifikan, yakni membuat pertandingan lebih menarik.