Ada banyak istilah baru yang muncul dalam sepak bola, salah satunya adalah water break. Beberapa tahun terakhir, istilah tersebut makin populer di kancah olahraga si kulit bundar hingga dibuat menjadi aturan. Lantas, apa itu water break? Apa alasannya aturan water break diberlakukan? Temukan jawaban lengkapnya dalam ulasan berikut ini!

Water Break Pertama pada Piala Dunia 2014
Water break atau bisa disebut juga cooling break adalah waktu jeda atau istirahat sejenak bagi para pemain kesebelasan sepak bola yang sedang bertanding untuk minum. Di laga-laga sepak bola Indonesia, istilah ini lebih akrab disebut dengan turun minum.
Meskipun sudah diterapkan di banyak liga di seluruh dunia, water break termasuk masih baru di dunia sepak bola. Aturan ini baru diterapkan oleh pihak FIFA sekitar enam tahun yang lalu, tepatnya pada ajang Piala Dunia 2014 di Brasil.
Pemberlakuan peraturan turun minum terjadi dalam laga grup G antara Portugal melawan Amerika Serikat. Pertandingan internasional tersebut menjadi momen penting diberlakukannya aturan water break untuk yang pertama kali dalam sejarah sepak bola.
Nestor Pitana, wasit asal Argentina, mendapat penghormatan untuk meniup peluit pada menit ke-39 untuk mempersilakan para pemain melakukan cooling break. Namun, ada juga yang menyebut cooling break diterapkan pertama kalinya pada laga Meksiko versus Belanda pada Piala Dunia 2014.
Kala itu, wasit menghentikan pertandingan Meksiko vs. Belanda pada menit ke-32 selama 3 menit. Alasannya karena saat itu suhu di Fortaleza (tempat berlangsungnya laga) mencapai 39 derajat Celsius. Alhasil, pertandingan pun dihentikan sejenak agar para pemain bisa mengembalikan stamina mereka.
Tujuan Penerapan Aturan Water Break
Penerapan aturan water break sepakbola jelas bukan tanpa alasan. Pihak FIFA yang mana menjadi induk sepak bola seluruh dunia memiliki alasan logis mengapa water break harus diberlakukan.
Keputusan diberlakukannya aturan cooling break atau water break adalah karena lokasi berlangsungnya laga. Saat itu Piala Dunia 2014 diselenggarakan di Brasil, negara yang terkenal dengan iklimnya yang ekstrem.
Pada saat pertandingan berlangsung, suhu udara bisa mencapai lebih dari 30 derajat celcius. Otomatis kondisi ini akan membuat para pemain mudah dehidrasi. Sebenarnya, peraturan water break pada Piala Dunia 2014 berangkat dari permintaan Cesare Prandelli, pelatih tim nasional Italia kala itu.
Prandelli mengusulkan agar aturan water break diberlakukan karena kondisi cuaca panas di Brasil. Suhu ekstrem ini dikhawatirkan bisa menurunkan performa pemain Eropa yang lebih terbiasa bermain di kondisi dingin.
Mendengar usulan tersebut, pihak FIFA memutuskan untuk melakukan riset di Turki. Tujuannya adalah untuk mengetahui suhu tubuh pemain selama bermain di suhu ekstrem. Hasil penelitian FIFA kemudian dipublikasikan dalam jurnal online Scandinavian Journal of Medicine & Science in Sports.
Melihat hasil penelitian tersebut, FIFA kemudian menyetujui proposal pelatih Italia untuk memberlakukan water break selama Piala Dunia 2014. Berikut rincian aturan water break:
- Water break bisa diberlakukan bila suhu udara mencapai 32 derajat Celsius atau lebih dari itu.
- Water break bisa diberikan pada sekitar menit ke-25 babak pertama atau setiap menit ke-70 dalam pertandingan.
- Sebelum peluit ditiup untuk water break, wasit harus memberi tahu kedua tim terlebih dahulu.
Water Break dalam Sepak Bola Indonesia
Aturan cooling break atau water break juga sudah diterapkan di sepak bola Indonesia. Salah satunya pada Piala Presiden yang sebelumnya absen selama kurang lebih tiga tahun. Tepatnya pada Piala Presiden 2022, banyak peraturan baru mewarnai salah satu liga bergengsi Tanah Air ini. Salah satu peraturan yang dimaksud tidak lain adalah water break.
Sesuai dengan peraturan FIFA, pemberlakuan water break tidak memotong 90 menit waktu pertandingan. Wasit berwenang memberikan 3 menit water break tanpa menghentikan pertandingan meskipun pemain beristirahat sejenak untuk menilik.
Pada Piala Presiden 2022, aturan mengenai water break dianggap sah dan maklum untuk diberlakukan. Selain karena suhu tropis di Indonesia, stamina pemain pada saat itu belum sepenuhnya optimal. Mengingat mayoritas dari mereka harus menjalani libur kompetisi hingga berbulan-bulan.
Water break juga bisa menjadi peluang bagi pelatih setiap kesebelasan untuk memberikan arahan bermain. Meskipun banyak liga bergengsi di seluruh dunia sudah menerapkan aturan ini, Piala Presiden 2022 masih mendapat kritik pedas atas diterapkannya aturan tersebut.
Kritik datang dari Javier Roca, pelatih dari klub Persik Kediri yang menganggap water break tidak harus diterapkan mengingat Malang memiliki suhu yang cenderung dingin. Roca juga menyayangkan terbuangnya waktu karena water break. Sebab, pemberlakuan water break di Piala Presiden 2022 harus diganti dengan adanya perpanjangan waktu hingga 7 menit.
Melihat kasus tersebut, pemberlakuan aturan water break di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Melansir Ligue 1 Uber Eats, water break hanya diberikan bila suhu benar-benar mencapai 32 derajat Celsius. Jadi, jika seiring berjalannya pertandingan suhu mulai menurun, maka water break tak perlu diberikan.